jump to navigation

Israel Bayar 10,5 Juta Dolar untuk Perang Gaza Januari 23, 2010

Posted by Qolam_v in Internasional.
add a comment

Internasional / Sabtu, 23 Januari 2010 07:30 WIB

Metrotvnews.com, New York: Israel telah membayar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sekitar US$ 10,5 juta untuk kerusakan yang terjadi setelah serangannya terhadap Jalur Gaza tahun lalu.

“Pemerintah Israel membayar US$ 10,5 juta kepada PBB untuk mengganti kerugian,” ujar jurubicara PBB Martin Nesirky kepada wartawan, Jumat (22/1).

“Dengan pembayaran ini, PBB sepakat bahwa masalah keuangan… terselesaikan,” tambahnya.

Setelah konflik Desember 2008 hingga Januari 2009, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyatakan bahwa pihaknya mengklaim sekitar US$ 11 juta sebagai ganti rugi bagi kerusakan bangunan-bangunan, gudang, sekolah dan kendaraan milik badan dunia tersebut.

Israel selalu membantah tudingan bahwa mereka sengaja menembaki harta benda PBB selama konflik tiga pekan itu, yang diluncurkan negara Yahudi tersebut setelah penembakan roket pejuang Palestina dari Gaza.

Operasi “Cast Lead” Israel itu menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Sebanyak 13 warga Israel tewas selama perang itu.

Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik itu, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel.

Perbatasan Gaza umumnya tenang sejak gencatan senjata yang mengakhiri perang yang diluncurkan Israel terhadap Hamas di wilayah pesisir tersebut antara 27 Desember 2008 dan 18 Januari 2009.

Gencatan senjata itu umumnya dipatuhi meski terjadi pelanggaran-pelanggaran oleh kedua pihak, dan Hamas juga dianggap berhasil mengendalikan Jihad Islam agar tidak melakukan serangan ke negara Yahudi tersebut.

Hamas, yang menguasai Jalur Gaza dua tahun lalu, masih terlibat dalam konflik dengan Israel, yang menarik diri dari wilayah pesisir itu pada 2005 namun tetap memblokadenya.(Ant/RIZ)

Islam Jadi Mata Pelajaran di Sekolah Umum Jerman Januari 23, 2010

Posted by Qolam_v in Internasional, IPTEK, Pendidikan.
add a comment

BERLIN–Ketika Lamya Kaddor mulai mengajar di Sekolah Gluecklauf di kota pertambangan di Jerman ini, ia memutar otak bagaimana menyajikan materi yang menarik bagi anak didiknya. Ia membayangkan, kelasnya bakal “tegang” karena materi yang disampaikan lumayan “berat”, atau bahkan muridnya bosan dan pergi.

Namun yang terjadi di luar dugaan.
Pelajaran agama Islam yang menjadi mata pelajaran pilihan, diikuti banyak siswa. Tak hanya anak-anak Muslim, tapi juga non-Muslim. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan mereka dan bagaimana pandangan Islam soal itu.

Apakah saya boleh punya pacar? Apakah kalau saya menganut Islam, saya boleh mengecat kuku saya? Apakah saya akan dibakar di api neraka jika saya memutuskan menjadi gay? Demikian berondongan pertanyaan yang harus dijawab Kaddor. Ia pun makin bersemangat mengelola kelasnya.

Ya, konstitusi Jerman menetapkan bahwa agama menjadi bagian dari kurikulum sekolah. Inisiatif lahir dari kekejaman era Nazi, dan kali ini, ingin memberi landasan etika dan identitas bagi generasi muda. Maka, keran pendidikan agama dibuka di tiap sekolah negeri. Katolik dan Kristen telah lebih dulu mengajarkan agama di sekolah, dengan didanai publik. Yahudi baru tahun 2003 mengajarkan agamanya di sekolah. Dan, sejak akhir tahun lalu, guru Muslim didatangkan untuk mengajar pendidikan agama Islam.

Sejumlah pengamat, seperti dilaporkan Christian science Monitor, menyatakan kelas Islam ini positif untuk membantu integrasi kaum Muslim yang berjumlah 6 persen dari populasi itu. kelas ini juga menunjukkan sikap terbaru pemerintah Jerman terhadap minoritas Muslim.

“Kelas Muslim di sekolah umum adalah tes untuk integrasi Jerman,” kata Michael Kiefer, penulis sejarah Islam di Jerman. Kaum Muslim, katanya,  bisa melihat bahwa mereka mendapatkan sesuatu yang agama-agama lain juga mendapatkan. “Ini berdampak sangat positif pada mereka. ”

Selama beberapa dekade, Jerman tidak banyak berbuat bagi minoritas Muslim. Mereka mengklasifikasikan Muslim sebagai pendatang, bukan bagian dari mereka.  Tetapi, seperti kata CSM,  Jerman sekarang lebih bersedia untuk melihat imigran sebagai bagian dari identitas negara.

Sebetulnya, ada beberapa contoh menarik tentang apreasiasi pemerintah terhadap Muslim di Jerman. Di North Rhine Westphalia, misalnya, kelas Islam bukan hal baru. Di kota dimana sepertiga dari umat Islam Jerman hidup, ada 150 sekolah umum menawarkan studi Islam untuk 13 ribu anak-anak mulai kelas 1 sampai 10. Sekitar 200 sekolah mengajarkan kursus nasional, yang didirikan oleh pemerintah negara bagian bekerja sama dengan  kelompok-kelompok Muslim lokal.

Genderang ditabuh Menteri Dalam Negeri  Wolfgang Schäuble tahun lalu, saat mendesak agar Jerman mendanai pendidikan agama bagi 900 ribu siswa Muslim di sekolah-sekolah umum. “Ini dapat menjadi teladan bagi masyarakat kita untuk mengakui dan mengatasi semua perbedaan yang menghadang kita,” katanya di depan parlemen.

Menurut sebuah penelitian yang dirilis Kementerian Dalam Negeri musim semi lalu, 80 persen Muslim di Jerman hanya menginginkan itu. Yang dipertaruhkan adalah keadilan serta pragmatisme: lebih baik untuk negara – pendidikan agama secara formal dalam bahasa Jerman, daripada kelas-kelas agama tanpa pengawasan.  “Kita harus melarikan diri dari pemikiran bahwa Islam adalah agama untuk orang asing,” katanya.

Tanpa perlu menunggu lama, palu diketuk dan pendidikan Islam disetujui untuk diberikan di sekolah-sekolah umum di seluruh Jerman.

Sekolah-sekolah banyak mendapatkan hal positif dengan pendidikan ini. Hans-Jakob Herpers, kepala Sekolah Gluecklauf, menyatakan, guru agama Islam tak sekadar mengajarkan agama Islam saja. “Dia telah menjadi semacam penasihat kehidupan bagi para siswa, terutama untuk anak perempuan, yang mungkin tidak berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu pada orang tua atau di sekolah-sekolah agama,” ujarnya.
Herpers mengaku, semua agama mengajarkan kebaikan. Satu lagi yang terpenting, pada siswa Muslim mereka telah mendapatkan identitasnya: bahwa mereka adalah bagian dari bangsa Jerman, yang hak-haknya dihargai seperti yang lain./

republika

Pro dan Kontra Pengharaman Ringtones Alquran Januari 23, 2010

Posted by Qolam_v in Internasional, IPTEK, Nasional.
add a comment

KAIRO-Penasihat Mufti, Dr Ibrahim Negm, mengatakan fatwa haram ringtones Alquran dan azan dari Mufti Agung muncul setelah Dar al-Iftaa, dewan yang bertugas mengeluarkan fatwa di Mesir, menerima banyak pertanyaan mengenai legitimasi penggunaan ayat-ayat Alquran dan azan sebagai nada dering.

“Untuk menyelesaikan masalah, Mufti Agung mengeluarkan fatwa pelarangan ini, karena dianggap kurang menghormati kata-kata suci,” katanya kepada Al Arabiya.

“Ada sebuah ayat dalam Alquran yang mengatakan bahwa kata-kata Allah dan ritual harus dimuliakan dan diperlakukan dengan hormat.”

Syekh Negm menambahkan bahwa alasan lain untuk larangan ini adalah bahwa Alquran harus dibaca dan didengarkan di tempat yang suci, sementara orang-orang sering membawa ponsel mereka ke tempat-tempat kotor dan najis, seperti kamar mandi. Ini melanggar konsep Tahara (kesucian fisik) dalam Islam.

Namun, tidak semua tokoh agama merespons positif fatwa pelarangan itu. Abdul-Razeq Afifi, Ketua kelompok Islam Salafi, Ansar al-Sunna Mesir, berpendapat bahwa tidak ada yang salah dengan menggunakan ayat-ayat Alquran sebagai nada dering.

“Kita harus menggunakan teknologi untuk kemajuan Islam,” kata Afifi kepada Al Arabiya. “Bisa jadi salah satu ayat pada ponsel dapat mengubah hidup seseorang.”
Afifi berpendapat bahwa ponsel, serta perangkat lain, bisa menjadi salah satu cara Allah dalam melestarikan dan menyebarkan Alquran.

“Dalam satu ayat, Allah mengatakan bahwa Dia menurukan Alquran dan Dia akan menjaganya. Mungkin Dia mengatakan kepada kita bahwa ini adalah salah satu cara untuk menjaganya,” katanya.

Afifi menambahkan bahwa yang paling utama adalah Alquran harus ditempatkan dan dipertahankan dalam hati dan pikiran umat Islam. Namun, pasti lebih baik dan lebih bermanfaat jika memperthankanya melalui berbagai cara.

Syekh Ali Abdul-Baki Amin, Sekretaris Jenderal Pusat Penelitian Islam di Al-Azhar, menentang argumentasi Afifi yang ia sebut sebagai pembenaran yang tak dapat diterima. Amin mengatakan bahwa ini bukan yang pertama kali isu ini telah ditolak.

“Al-Azhar sebelumnya telah melarang penggunaan Alquran sebagai ringtones” katanya kepada Al Arabiya.

Amin menambahkan bahwa Al-Azhar, lembaga terkemuka di dunia Islam Sunni, berencana meminta penyedia layanan di Mesir untuk melarang penggunaan ayat-ayat Alquran dan azan sebagai nada dering.

wartaislam.com

Ibnu Miskawaih, Mendorong Pendidikan Sejak Dini Januari 23, 2010

Posted by Qolam_v in Internasional, IPTEK, Pendidikan, Profil.
add a comment

Pendidikan sejak dini bagi seorang anak akan membuat mereka kelak menjadi manusia yang baik.

Pendidikan bukanlah ranah asing bagi Ibnu Miskawaih. Ia telah lama bergelut di bidang tersebut walaupun lebih dikenal sebagai filsuf dan lekat dengan bidang etika. Maka, berserak pula uraian konsep-konsepnya tentang pendidikan.

Dalam salah satu karyanya, Tahdhib al-Akhlaq , cendekiawan Muslim asal Ray, Persia, ini menyatakan, pendidikan menunjukkan tugas dan kewajiban yang harus dilakukan orang dewasa, terutama orang tua kepada anak-anaknya.

Menurut Miskawaih, orang tua wajib memberikan pendidikan kepada anak-anaknya, yang berisi pengetahuan, moralitas, adat istiadat, dan perilaku yang baik. Langkah ini untuk mempersiapkan mereka agar menjadi manusia yang baik.

Kelak, bila anak-anak itu menjelma menjadi manusia dewasa yang baik, akan memberikan manfaat bagi masyarakatnya. Mereka pun akan diterima secara baik oleh masyarakatnya. Miskawaih menambahkan, pendidikan memang bertujuan menyempurnakan karakter manusia.
Dalam pandangan Miskawaih, layaknya kebaikan yang bisa ditularkan melalui pendidikan, demikian pula dengan kejahatan. Maka, ia mengingatkan orang tua untuk secara berulang, mengingatkan dan mendidik anak-anak mereka tentang kebaikan dan kesalehan.

Selain memberikan pendidikan mengenai kebaikan, Miskawaih menekankan pula agar sejak dini orang tua mengarahkan buah hatinya berada dalam lingkungan yang baik. Orang tua harus membiasakan anak-anaknya bergaul dan berteman dengan orang-orang berperilaku baik.

Miskawaih memberikan alasan mengapa ia menekankan pentingnya lingkungan yang baik. Menurut dia, tak semua orang dapat dengan cepat menerima kebaikan yang diajarkan kepadanya. Lingkungan yang baik akan mencegah mereka yang lamban, bisa terhindar dari kejahatan.

Mereka yang lamban, harus terus-menerus mendapatkan pendidikan tentang kebaikan. Miskawaih menyatakan pula, setiap orang dapat berubah asalkan mendapatkan pendidikan secara terus-menerus tentang kebaikan.

Tak heran jika Miskawaih kemudian menyimpulkan, hal-hal yang telah terbiasa dilakukan oleh anak-anak sejak kecil, akan memengaruhinya ketika menjadi orang dewasa. Dengan demikian, anak laki-laki ataupun perempuan harus sejak dini dididik tentang kebaikan.

Pemikiran Miskawaih itu tersurat dalam bagian kedua bukunya yang berjudul,  Tahdhib al-Akhlaq . Miskawaih mengatakan, pendidikan sejak dini terhadap anak-anak memiliki arti penting. Selain menanamkan kebaikan sejak dini, juga bisa sebagai sarana pembentuk karakter.

Menurut Miskawaih, tidak mudah bagi seseorang yang telah dewasa untuk mengubah karakternya. Kecuali, dalam kondisi tertentu. Misalnya, orang tersebut sadar dan menyesal atas perilaku dan moralnya yang buruk selama ini.

Lalu, orang tersebut bertekad untuk memperbaiki diri dan meninggalkan perilakunya yang buruk itu. Miskawaih mengatakan, orang semacam ini, yang memiliki kesadaran dari lubuk hatinya untuk melakukan perubahan diri, biasanya akan terus menjauhkan diri dari kejahatan moral.

Bahkan, jelas Miskawaih, orang itu biasanya akan secara sadar meminta orang lain membimbingnya ke jalan yang benar. Pun, meminta orang lain untuk selalu mengingatkannya saat ia berkecenderungan melakukan hal yang tidak baik.

Di sisi lain, Miskawaih mengungkapkan, adanya seseorang yang berusaha  memperbaiki karakternya, memurnikan jiwanya yang kotor, dan membebaskan dirinya dari kebiasaan jahat, karena pada dasarnya semua orang itu baik.

Miskawaih menegaskan pula, mereka akan tetap menjadi baik karena adanya hukum dan pendidikan. Juga, ada pelatihan dan pembiasaan terhadap mereka sejak kanak-kanak, agar mereka selalu menjalankan kebaikan sesuai fitrahnya.

Bila hal ini diabaikan, ungkap Miskawaih, mereka akan jatuh dalam perangkap keburukan. Dan, tentunya hubungan spiritual dengan Allah SWT akan mengalami gangguan akibat perilaku yang buruk itu. Jadi, pendidikan menjadi hal yang sangat berperan penting.

Karakteristik buruk
Dalam pandangan Miskawaih, ada empat karakteristik buruk yang harus dihilangkan sejak anak-anak supaya mereka tidak menderita ketika dewasa. Pertama, malas, menganggur, menyiakan hidup tanpa kerja apa pun. Intinya, manusia tanpa manfaat.

Kedua, kebodohan dan ketidaktahuan yang disebabkan oleh kegagalan untuk mempelajari dan melatih diri dengan ajaran-ajaran yang diucapkan oleh orang-orang bijak. Ketiga, bersikap kurang ajar dan tak tahu sopan santun.

Hal itu terjadi karena seseorang mengejar keinginan yang tak terkendali dan berusaha melakukan perbuatan dosa dan jahat. Sedangkan keempat, adalah rasa asyik dan keadaan terbiasa dengan perbuatan buruk karena seringnya melakukan perbuatan tersebut.

Miskawaih mengatakan, untuk menghilangkan setiap karakteristik buruk di atas, dibutuhkan pendidikan ataupun pelatihan yang dilakukan secara terus-menerus. Hanya orang cerdas, kata dia, yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri dari karakter buruk tersebut.

Sekali lagi, Miskawaih menegaskan, persoalan itu bisa diatasi melalui pendidikan dan pelatihan. Keduanya bisa dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Ia menyatakan, pendidikan bisa menjadi sarana untuk mewujudkan hal-hal yang baik itu.

Miskawaih mengatakan, pendidikan ini selain berguna bagi anak-anak, juga bermanfaat bagi orang tua. Sebab, saat memberikan pengajaran dan contoh kepada anak-anaknya, mereka akan terus ingat untuk selalu menjalankan perbuatan yang baik.

Pada akhirnya, pendidikan ini akan mengarahkan anak-anak saat menjadi dewasa, untuk menjalankan kebaikan dan menghindari perbuatan jahat dengan mudah. Pun, tentunya mudah mengikuti semua ajaran yang ada di dalam Alquran dan sunah.

Mereka, jelas Miskawaih, juga akan menjadi terbiasa menjaga diri dari godaan kesenangan yang menjerumuskan kepada keburukan. Tak hanya itu, mereka juga akhirnya tak terbiasa memanjakan dirinya dalam kesenangan yang melalaikan.

Pada akhirnya, mereka lebih menginginkan untuk memiliki kemampuan yang tinggi dalam filsafat, dan mencari kedekatan diri dengan Allah. Lalu, jelas Miskawaih, mereka akan menuai persahabatan yang hangat dari orang-orang yang saleh.

Miskawaih dan Metode Pendidikan
Ibnu Miskawaih juga mengenalkan sejumlah langkah yang akan melahirkan aspek positif dalam mendidik. Ia, misalnya, memandang penting pemberian pujian. Pujian, kata dia, bisa dilakukan oleh orang tua atau pendidik ketika anak-anak melakukan hal-hal baik.

Menurut Miskawaih, patut pula memberikan pujian kepada orang dewasa yang melakukan perbuatan baik di hadapan anak-anak. Tujuannya, anak-anak bisa mencontoh sikap terpuji yang dilakukan oleh orang dewasa tersebut.

Miskawaih mengingatkan, pujian harus dilakukan untuk menekankan pentingnya tindakan-tindakan yang baik dan harus diberikan untuk tindakan yang baik-baik saja. Selain pujian, ia juga memberi saran untuk mendorong anak menyukai makanan, minuman, dan pakaian yang baik.

Namun, perlu diingatkan pula agar seorang anak atau siapa pun yang telah dewasa untuk tak makan, minum, dan berpakaian secara berlebihan. Dalam aturan makan, anak harus diberi tahu bahwa makan itu suatu keharusan dan penting bagi kesehatan tubuh.

Makan, jelas Miskawaih, bukan sebagai alat kesenangan indra. Perlu diketahui pula bahwa makanan merupakan obat bagi tubuh, yakni obat untuk rasa lapar dan mencegah timbulnya penyakit. Orang tua atau pendidik harus mengingatkan anak didiknya agar tak makan berlebihan.

Dalam cara berpakaian, Miskawaih menyatakan, saat anak telah beranjak dewasa, khususnya laki-laki, sebaiknya mereka mengenakan pakaian putih-putih dan menghindari pakaian berpola. Sebab, menurut dia, pakaian berwarna dan berpola lebih layak untuk perempuan.

Selain itu, Miskawaih mendorong laki-laki untuk tak menghiasai dirinya dengan perhiasan perempuan, seperti memakai cincin dan mempunyai rambut panjang. Mereka tidak boleh mengenakan emas dan perak dalam bentuk apa pun.

Anak-anak, jelas Miskawaih, pun harus dilatih untuk mengagumi sifat-sifat murah hati. Misalnya, berbagi makanan. Selain pujian, anak juga perlu mendapatkan peringatan bila melakukan hal tak baik. Jika anak berbuat buruk, perbuatan itu juga perlu dikecam.

Langkah ini bertujuan agar si anak tak lagi melakukan hal buruk. Jika kecaman tak membuat si anak menghentikan perbuatan buruknya, Miskawaih menyarankan tindakan terakhir, yaitu hukuman fisik. Namun, hukuman ini tak dilakukan secara berlebihan./

republika

Bruno Metsu Masuk Islam Terpesona Pada Komunitas Islam Afrika Januari 23, 2010

Posted by Qolam_v in Internasional, Profil.
add a comment

Bagi para penggemar sepak bola, tentu masih ingat pada aksi menawan el-Hadji Diouf dkk, pemain Timnas Senegal, saat menaklukkan Juara Dunia Prancis 1998 dan Juara Eropa 2000, pada pertandingan pembuka Piala Dunia 2002 di Jepang dan Korea Selatan. Ketika itu, Senegal unggul 1-0 atas Zinedine Zidane dkk.

Tak ada yang menduga sebelumnya, bila Senegal mampu menaklukkan Ayam Jantan–julukan Timnas Prancis–di kejuaraan dunia itu. Alih-alih menang, bisa berpartisipasi saja dalam kejuaraan itu, sudah membuat bangga publik Senegal.

Namun, dengan semangat membara, putra-putra dari daratan Afrika itu mampu menunjukkan ‘tajinya’ hingga berhasil menggagalkan Prancis lolos dari grup A yang dihuni Denmark, Senegal, Uruguay, dan Prancis.

Sebaliknya, tiga angka yang diraih atas kemenangan melawan Prancis, serta hasil imbang melawan Denmark dan Uruguay, menempatkan Senegal sebagai Runner-Up Grup A dengan poin lima, dan berhak lolos ke putaran 16 besar atau perdelapan final.

Keganasan anak-anak Senegal di putaran pertama Piala Dunia 2002 itu, seakan membuka mata dunia. Mereka tak berani lagi memandang sebelah mata El-Hadji Diouf dkk. Swedia yang mereka jumpai di babak perdelapan final pun, gigit jari dibuatnya. Hendrik Larsson dkk dibuat bertekuk lutut, setelah dua gol yang dilesakkan Henri Camara, pada menit ke-37 dan menit ke-103 di masa perpanjangan waktu. Kedudukan menjadi 2-1 untuk Senegal. Senegal pun menembus perempat final. Di babak ini, mereka berjumpa dengan Turki dan akhirnya kalah dengan skor 0-1 berkat gol Ilhan Mansiz.

Kendati gagal pada putaran berikutnya, namun keberhasilan mereka menembus perempat final Piala Dunia 2002 itu, membuat pasukan Senegal makin ditakuti. Dan para pendukung (suporter) Senegal pun memberikan sambutan hangat dan menganggap mereka sebagai pahlawan Senegal. Mereka pulang dengan kepala tegak.

Dari putaran final Piala Dunia 2002 ini, ada dua nama yang langsung melejit atas prestasi yang ditorehkan Senegal pada kejuaraan itu, yakni El-Hadji Diuof, sang pencetak gol ke gawang Prancis yang dikawal Fabian Bartez, dan Bruno Metsu, sang arsitek (pelatih). Dan sejak saat itu, nama Bruno Lucas Felix Metsu makin populer. Bruno Metsu dianggap sebagai seorang pelatih hebat, karena mengantarkan Senegal meraih prestasi tertinggi Senegal di dunia sepak bola. Dan pencapaian ini, juga menjadi pencapaian tertinggi Bruno Metsu sepanjang kariernya.

Metsu bukanlah pemain dan pelatih terkenal. Ia berkarier lebih dari 30 tahun, mulai dari pemain hingga kini sebagai pelatih sepak bola. Ia pernah bermain di klub papan bawah Prancis dan Belgia seperti Dunkerqe, Nice, Lille, dan Anderlecht. Sejak 1988, ia menangani klub kelas dua Prancis, Beauvais, kemudian Lille, Valenciennes, Sedan, dan Valence. Sebelum menangani Senegal, ia sempat menangani negara kecil Afrika, Guinea, selama enam bulan.

Meski sukses melatih timnas Senegal, bukan berarti Metsu tidak menemui hambatan. Pertama kali tiba d Senegal, menurutnya, sama seperti pertama kali menangani klub Sedan. Semua orang menganggapnya sebagai makhluk asing dari luar angkasa. ”Mestinya, sebelum menilai seseorang, beri dia waktu untuk bekerja. Tapi biarlah, toh semua pun kemudian tahu apa yang telah saya perbuat,” katanya.

Namun, nyatanya dalam waktu singkat Metsu berhasil menggaet simpati para pemain dan official tim Senegal. Bukan dengan pendekatan hierarkis dan militeristik, melainkan dengan pola keterbukaan dan saling menyayangi. Kepada para pemain, berkali-kali ia menegaskan, ”Aku bukan polisi, tapi pelatih. Dan kalian bebas mengekspresikan apa saja.”

Human interest
Dengan pendekatan itu, Metsu berkeliling ke sejumlah klub papan bawah Prancis, dan berhasil membawa pulang para pemain yang sebelumnya enggan bergabung di tim nasional. Dalam menumbuhkan motivasi, disiplin, dan tanggung jawab, dia tidak pernah melepaskan suasana rileks, senda gurau, dan kekeluargaan. Apa pun persoalan yang dihadapi, selalu dipecahkan bersama.

Empati dan human interest. Itulah yang dirasakan asisten pelatih Jules Francois Bocande, dan para pemain Senegal, dari kepribadian Metsu. ”Bukan soal skill (keahlian), melainkan mentalitas, solidaritas, dan rasa kebersamaan, yang hilang selama saya jadi pemain nasional. Metsu berhasil menumbuhkannya,” kata Bocande.

Henri Camara, penentu kemenangan Senegal atas Swedia pada laga perdelapan final Piala Dunia 2002, juga mengakuinya. ”Dialah pelatih yang tahu bagaimana menjadi teman sejati para pemain, bagaimana menumbuhkan rasa percaya diri,” ujarnya.

Berbeda dengan para pelatih tim lain yang terlihat tegang serius, dan kerap berteriak dalam balutan stelan jas dan dasi saat melihat anak asuhnya berlaga, tampilan Metsu sangat santai. Dengan t-shirt yang kerap ia kenakan dan rambut panjang yang tergerai, sosoknya lebih layak disebut sebagai seniman. Ia mengingatkan kita pada sosok legenda musik rock, Jim Morisson.

Terhadap rambut panjangnya, seorang wartawan pernah berkelakar dalam jumpa pers seusai kemenangan Senegal atas Prancis. ”Apa hubungan kemenangan ini dengan rambut panjang Anda?” tanya sang wartawan. ”Rambut saya tidak lebih panjang dari kemenangan yang akan dicapai para pemain,” jawab Metsu rileks, sambil menggeraikan rambut ikalnya.

Masuk Islam
Filosofi kepelatihan yang ada dalam diri Metsu sebenarnya kian tumbuh seiring dengan keterpesonaannya terhadap Benua Afrika. Pria yang lahir di Coudekerque-Village, Prancis, pada 28 Januari 1954 ini sangat mengagumi budaya Afrika. ”Ada suatu misteri, nilai-nilai kemanusiaan, solidaritas, persahabatan, sesuatu yang sudah hilang di Eropa,” katanya.

Metsu mengatakan, di Afrika pintu selalu terbuka. Sementara di Eropa, pemain hanya akan mendatangi pelatih saat punya masalah. Sedangkan di Afrika, mereka akan mendatanginya kapan pun, untuk menyaksikan bagaimana sang pelatih bekerja. Pesona Afrika itu sangat menyentuh Metsu. ”Aku ini kulit putih berhati negro,” tukasnya bangga.

Boleh jadi, sentuhan nilai-nilai Afrika ini pula yang membuatnya memeluk Islam pada 24 Maret 2002. Asal tahu saja, lebih dari 90 persen penduduk Senegal adalah pemeluk Islam. Setelah masuk Islam, ia kemudian mengganti namanya dengan Abdul Karim.

Abdul Karim sendiri memang tak pernah mengungkapkan alasannya memeluk Islam. Namun, pada saat bersamaan, ia juga mengikrarkan pernikahannya dengan gadis Senegal, Rokhaya Daba Ndiaye. Menurut harian lokal Senegal, Him Soleil, pesta pernikahannya berlangsung meriah dengan menggunakan tradisi setempat. Harian tersebut juga menuliskan bahwa Abdul Karim memberikan sebuah limousin mewah beserta uang tunai enam ribu euro sebagai mas kawin.

Bersama istri para pemain Senegal, Rokhaya selalu setia memberi semangat pada tim nasional Senegal setiap kali mereka bertanding. Seperti pada ajang Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang. Tidak seperti pelatih tim negara lain yang melarang para pemainnya untuk mengajak serta para istri mereka, Abdul Karim justru menempatkan para istri dari skuad tim nasional Senegal dalam satu hotel yang sama, tempat mereka menginap selama perhelatan Piala Dunia 2002.

Usai mengukir prestasi di Piala Dunia 2002, sejumlah klub dan negara berebut meminangnya. Padahal, kontraknya dengan Senegal saat itu belum berakhir. Mendengar kabar tersebut, alhasil sejumlah pemain timnas Senegal berkali-kali mendatangi Abdul Karim untuk mencegah kepindahannya. Inilah yang membuat Abdul Karim merasa berat hati untuk meninggalkan Senegal.

Namun, akhirnya ia tetap memutuskan pindah dan pilihannya jatuh ke klub sepak bola asal Uni Emirat Arab (UEA), Al-Ain. Selain Al-Ain, ia juga tercatat pernah melatih klub Qatar, Al-Gharafa, selama dua musim (2004-2006). Mengenai keputusannya ini Abdul Karim mengungkapkan sebuah pesan: ”Biarkan orang menilai apa pun ketika pertama kali Anda datang untuk menangani sebuah tim. Cukuplah ketika Anda hendak meninggalkannya, semua orang mengenang prestasi yang pernah Anda ukir.”

Setelah kontraknya dengan Al-Gharafa berakhir, Abdul Karim mendapat tawaran untuk melatih tim nasional UEA. Namun pada September 2008, secara mengejutkan ia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pelatih UEA. Sejumlah media mengabarkan bahwa pelatih asal Prancis itu putus asa setelah UEA mengalami dua kekalahan pada pertandingan pembukaan mereka di kualifikasi akhir zona Asia untuk Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Kini ia dipercaya oleh Federasi Sepak Bola Qatar (QFF) untuk melatih tim nasional Qatar hingga 2014 mendatang. Dengan capaian prestasi yang pernah ia torehkan saat mengarsiteki tim nasional Senegal, tak mengherankan jika publik Qatar menaruh harapan besar pada Abdul Karim untuk mewujudkan impian lolos ke putaran final Piala Dunia 2014 di Brasil.

Biodata
Nama Lengkap : Bruno Lucas Felix Metsu

Tanggal Lahir : 28 Januari 1954
Tempat Lahir : Coudekerque-Village, Nord, Prancis
Awal Karier : Pemain Dunkerque

Wartaislam.com