jump to navigation

Pers dan Akhlak Jurnalistik Februari 23, 2010

Posted by Qolam_v in IPTEK, Pendidikan.
add a comment

Akhlakul karimah bisa diterapkan dalam banyak persoalan peliputan maupun pelaporan berita hingga penulisan opini

Oleh: M. Nurkholis Ridwan*

KITA hidup pada era di saat media massa memegang peran penting dalam proses pembentukan kebijakan dan pandangan publik. Sejak lama, pers memang telah ditahbiskan sebagai kekuatan demokrasi keempat. Pertanyaannya kemudian, siapakah yang berhak mengontrol pers untuk tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu yang berkepentingan. Siapakah yang dapat menghalangi penggunaan media untuk, misalnya, menghujat atau mengadili pihak tertentu yang tidak disenangi? Hal ini penting untuk dibincangkan, agar publik dapat melakukan pengawasan, sekaligus mengarahkan media, yang sejatinya merupakan lembaga publik, agar sesuai dengan nilai-nilai kebenaran dan kemaslahatan bersama.

Selama ini, mekanisme yang tersedia dalam media massa adalah penggunaan hak jawab. Pihak yang dirugikan dipersilakan menuliskan keberatannya melalui rubrik surat pembaca atau sejenisnya.

Tentu kita dapat memahami bahwa tidak mungkin hak jawab yang halamannya serba terbatas itu dapat menandingi kedahsyatan laporan yang ditulis berlembar-lembar pada edisi sebelumnya, disertai grafis yang memikat, diimbuhi judul menggetarkan yang terdapat di cover. Meski demikian, kondisi ini juga tidak dimaksudkan untuk membatasi para pekerja media untuk melakukan tugas mulianya dalam mendidik publik.

Tapi, para pekerja pers juga tidak boleh semena-mena menurunkan laporan yang diperkirakan merugikan orang lain, dengan alasan: toh itu dapat diselesaikan melalui mekanisme hak jawab.

Jalan yang paling efektif adalah dengan melakukan pengawasan melekat dalam tubuh media itu sendiri. Yang dimaksud di sini adalah, penanggung jawab media, dalam hal ini pemimpin redaksi maupun dewan redaksi sebaiknya menetapkan mekanisme dan alur yang sangat ketat dalam sistem pelaporan berita. Bisa dimulai dari standar berita yang akan dilaporkan.

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini harus terjawab: Apakah berita itu menarik, bermanfaat, tidak merugikan kepentingan umum, tidak melanggar hak asasi manusia, tidak mengadili pihak-pihak yang belum dapat disebut bersalah, cukupkah bahan dan kemampuan SDM untuk menulis topik itu, tidak mengundang kontroversi dan kegaduhan yang kontraproduktif bagi mayoritas masyarakat, dan seterusnya.

Gugusan pertanyaan yang sama dapat diterapkan pada angle (sudut pandang) tulisan atau berita. Jika angle sudah tidak obyektif, jangan harapkan laporan yang dihasilkan dapat obyektif dan bermutu.

Walau demikian, kita harus arif pada kenyataan, bahwa para pengelola keredaksian media punya keterbatasan-keterbatasan tertentu ketika harus berhadapan dengan manajemen atau pemilik modal. Di sinilah nurani para jurnalis diuji. Sebab, hakikatnya, di kursi jabatan manapun ia duduk, hakikatnya dia tetap jurnalis yang terikat dengan kode etik. Wabil khusus, harus berpegang pada hati nurani. Jika para penanggung jawab keredaksian menyerah pada tuntutan kepentingan internal, mengabaikan kebenaran dan hati nurani, pada akhirnya publik yang akan menghukum media yang bersangkutan dengan tidak membaca, membeli, mendengar atau menontonnya. Tapi , lagi-lagi hal itu tidak bisa menyelesaikan persoalan, ketika media misalnya, terus melakukan pelanggaran etika jurnalistik dengan mengabaikan aspirasi publik.

Karena itu, sebaiknya, media melakukan komunikasi yang lebih intensif dengan pembacanya. Membuka keran kritik konstruktif dari pembaca, mulai dari yang lembut hingga yang pedas, memperluas seluas-luasnya ruang bagi pembaca untuk berpartisipasi. Jangan sampai dengan alasan bertentangan dengan kebijakan internal atau merusak citra media, surat pembaca yang masuk tidak diterbitkan. Dengan begitu, media dapat dengan cermat mengikuti nurani dan keinginan pembacanya yang pada hakikatnya adalah keinginan pasar. Dengan demikian, ada dua keuntungan yang diperoleh media: Pertama, sejalan dengan hati nurani publik. Kedua, selaras dengan keinginan pasar. Kue iklan pun bisa lebih mudah didapat.

Akhlak reportase

Dalam proses membangun kesadaran intrinsik media inilah kita perlu memahami etika jurnalistik atau dalam istilah lain, akhlak jurnalistik. Akhlak dalam konteks ini, secara luas dapat diartikan sebagai sekumpulan nilai-nilai positif yang diterima oleh publik secara luas, atau katakanlah mayoritas masyarakat.

Dengan kata lain, sekumpulan prinsip-prinsip moral adiluhung yang dijunjung tinggi oleh masyarakat umum. Dalam masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim, akhlak Islam atau populer dengan istilah akhlakul karimah (Arab: akhlak yang mulia), semestinya menjadi landasan bagi insan pers. Sebab, pers tidak bisa lepas dari nilai-nilai yang dianut masyarakatnya, tempat ia bertugas melayani, sekaligus menjadi penyambung lidah masyarakat.

Akhlakul karimah ini bisa diterapkan dalam banyak persoalan peliputan maupun pelaporan berita hingga penulisan opini. Sebagai contoh, penulisan tema-tema aliran sesat dapat dilakukan dengan bahasa ajakan untuk kembali ke jalan yang benar, tanpa mengaburkan prinsip-prinsip kebenaran. Jika itu terkait pada kasus penodaan agama, maka penyelesaian secara hukum dapat disarankan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku di negeri ini, sembari menentang upaya-upaya penyelesaian yang mengundang kekerasan. Dengan begitu, media dapat menampilkan dirinya sebagai sebuah institusi publik yang selalu positif dan solutif.

Untuk tema-tema kriminal dan kejahatan misalnya, dapat diterapkan asas praduga tak bersalah, dengan menghindari unsur kecaman, penyematan kata sifat yang menyudutkan, pengarahan opini yang tak berdasarkan pada fakta, dan seterusnya. Sebenarnya, hal ini dapat dihindari dengan mudah, jika kita selalu berpegang pada fakta. Tugas media, pada hakikatnya adalah mencari kebenaran dan melaporkannya, yang dengan demikian berarti media telah membantu melayani masyarakat.

Karenanya, tugas jurnalislah untuk bertanya dan tak pernah bosan bertanya, menggali fakta dari hulu hingga hilir peristiwa. Dan jika terdapat kontradiksi maupun unsur konflik dalam laporan itu, jurnalis tidak berhak menyimpulkan. Biarkan pembaca, pendengar atau penonton yang menarik kesimpulan. Dan jika tidak ada fakta pendukung, jurnalis harus mengabaikan apapun praduga yang berkecamuk kuat dalam benaknya.

Pada akhirnya, sebuah laporan jurnalistik memang tidak bisa menghindari untuk mengarahkan pembaca pada sebuah kesimpulan. Tapi proses itu harus berada di rel fakta-fakta pendukung, primer maupun sekunder, di mana seorang jurnalis harus dengan penuh amanah tidak mengabaikan setiap fakta yang mungkin bertentangan dengan praduga maupun kesimpulan yang ia harapkan.

Tulisan ini semacam kerinduan pada pers yang sehat. Pers yang mewakili publik secara umum. Dalam konteks keumatan, kita butuh pers yang mendidik, mencerdaskan sekaligus membela kepentingan masyarakat muslim secara hanif, adil, obyektif, dan berimbang. Wallahu a’lam.

*)Penulis adalah wartawan dan editor penerbit Pustaka Al-Kautsar

Pesantren, Lembaga Pendidikan Alternatif yang Unggul Januari 25, 2010

Posted by Qolam_v in Nasional, Pendidikan.
add a comment

Menghadapi tantangan globalisasi yang berat, pondok pesantren menjadi lembaga pendidikan alternatif yang unggul. Hal itu dikemukakan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Departemen Agama (Depag) Chairul Fuad Yusuf, saat menjadi narasumber dalam Halaqah Alim Ulama bertema Revitalisasi Pendidikan Salafiyah dan Diniyah Dalam Konteks Pembangunan Bangsa.

Acara itu dibuka secara resmi oleh Menteri Agama Drs H Suryadharma Ali MSi yang didampingi Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Depag Prof Dr Muhammad Ali dalam kunjungan kerja ke Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini, Kraton, Pasuruan, Jawa Timur (Jatim).

Selain Chairul Fuad, hadir sebagai narasumber antara lain, mantan Menag yang juga pakar pendidikan Islam Prof KH Tolchah Hasan dan Rektor UIN Malang Prof Dr Imam Suprayogo. Juga tampak hadir, Kepala Kanwil Depag Jatim Imam Haramain, Wakil Bupati Probolinggo Habib Salim Quraisy, tokoh nasional yang juga Wakil Ketua Umum DPP PPP Drs HA Chozin Chumaidy, pimpinan Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini yang juga mantan anggota DPD KH Abdul Mujib Imron, dan KH M Subadar. Halaqah diikuti sekira 300 peserta dari kalangan alim ulama, pimpinan dan pengasuh pondok pesantren, pakar dan praktisi pendidikan agama.

“Selain soal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), hal ini terutama dalam rangka pembangunan moral dan humanisme universal (akhlak al-karimah), perekat dan penguat nasionalisme,” ujarnya.
Kemudian, tutur Fuad, pondok pesantren juga mampu menjadi “tameng” budaya (counter culture) terhadap pengaruh destruktif tradisi asing dan dampak negatif keterbukaan informasi, pemantapan etos hidup, serta pembentuk pribadi mandiri, utuh, unggul, kreatif, inovatif, dan sederhana.

Menurut dia, keunggulan pondok pesantren itu akan nampak bila institusi dimaksud memenuhi beberapa persyaratan. Pertama, bervisi tafaqquh fi al-din dan pengembangan masyarakat dalam berbagai aspek, seperti sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya.

“Kemudian, ada pembelajaran (pendidikan) yang terkondisikan secara integratif, ada kemudahan pengelolaan seperti penataan, pengarahan, pembimbingan, komunikasi, kontrol, dan beragam bentuk pemberdayaan edukatif lainnya sesuai visi dan misi pesantren yang bersangkutan,” ucapnya.

Selain itu, tutur Chairul Fuad menambahkan, pondok pesantren sangat potensial untuk meningkatkan kualitas keluaran atau output maupun outcome pendidikan.

Meski demikian, Chairul Fuad mengatakan, kini pendidikan Islam, terutama pesantren salafiyah, masih cenderung berorientasi aspek penguasaan pengetahun berdasarkan metode hapalan.

“Padahal, mestinya berorientasi pada pembentukan pribadi demokratis, humanis, dan religius. Integritas pendidikan semacam itu harus berada dalam program sekolah secara menyeluruh (sistemik). Kemudian, harus menggunakan pendekatan dan metode yang menarik, motivatif, dan implementatif. Selain itu, juga menggunakan pendekatan perencanaan sosial atau social planning approach,” pungkasnya./okezone

Islam Jadi Mata Pelajaran di Sekolah Umum Jerman Januari 23, 2010

Posted by Qolam_v in Internasional, IPTEK, Pendidikan.
add a comment

BERLIN–Ketika Lamya Kaddor mulai mengajar di Sekolah Gluecklauf di kota pertambangan di Jerman ini, ia memutar otak bagaimana menyajikan materi yang menarik bagi anak didiknya. Ia membayangkan, kelasnya bakal “tegang” karena materi yang disampaikan lumayan “berat”, atau bahkan muridnya bosan dan pergi.

Namun yang terjadi di luar dugaan.
Pelajaran agama Islam yang menjadi mata pelajaran pilihan, diikuti banyak siswa. Tak hanya anak-anak Muslim, tapi juga non-Muslim. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan mereka dan bagaimana pandangan Islam soal itu.

Apakah saya boleh punya pacar? Apakah kalau saya menganut Islam, saya boleh mengecat kuku saya? Apakah saya akan dibakar di api neraka jika saya memutuskan menjadi gay? Demikian berondongan pertanyaan yang harus dijawab Kaddor. Ia pun makin bersemangat mengelola kelasnya.

Ya, konstitusi Jerman menetapkan bahwa agama menjadi bagian dari kurikulum sekolah. Inisiatif lahir dari kekejaman era Nazi, dan kali ini, ingin memberi landasan etika dan identitas bagi generasi muda. Maka, keran pendidikan agama dibuka di tiap sekolah negeri. Katolik dan Kristen telah lebih dulu mengajarkan agama di sekolah, dengan didanai publik. Yahudi baru tahun 2003 mengajarkan agamanya di sekolah. Dan, sejak akhir tahun lalu, guru Muslim didatangkan untuk mengajar pendidikan agama Islam.

Sejumlah pengamat, seperti dilaporkan Christian science Monitor, menyatakan kelas Islam ini positif untuk membantu integrasi kaum Muslim yang berjumlah 6 persen dari populasi itu. kelas ini juga menunjukkan sikap terbaru pemerintah Jerman terhadap minoritas Muslim.

“Kelas Muslim di sekolah umum adalah tes untuk integrasi Jerman,” kata Michael Kiefer, penulis sejarah Islam di Jerman. Kaum Muslim, katanya,  bisa melihat bahwa mereka mendapatkan sesuatu yang agama-agama lain juga mendapatkan. “Ini berdampak sangat positif pada mereka. ”

Selama beberapa dekade, Jerman tidak banyak berbuat bagi minoritas Muslim. Mereka mengklasifikasikan Muslim sebagai pendatang, bukan bagian dari mereka.  Tetapi, seperti kata CSM,  Jerman sekarang lebih bersedia untuk melihat imigran sebagai bagian dari identitas negara.

Sebetulnya, ada beberapa contoh menarik tentang apreasiasi pemerintah terhadap Muslim di Jerman. Di North Rhine Westphalia, misalnya, kelas Islam bukan hal baru. Di kota dimana sepertiga dari umat Islam Jerman hidup, ada 150 sekolah umum menawarkan studi Islam untuk 13 ribu anak-anak mulai kelas 1 sampai 10. Sekitar 200 sekolah mengajarkan kursus nasional, yang didirikan oleh pemerintah negara bagian bekerja sama dengan  kelompok-kelompok Muslim lokal.

Genderang ditabuh Menteri Dalam Negeri  Wolfgang Schäuble tahun lalu, saat mendesak agar Jerman mendanai pendidikan agama bagi 900 ribu siswa Muslim di sekolah-sekolah umum. “Ini dapat menjadi teladan bagi masyarakat kita untuk mengakui dan mengatasi semua perbedaan yang menghadang kita,” katanya di depan parlemen.

Menurut sebuah penelitian yang dirilis Kementerian Dalam Negeri musim semi lalu, 80 persen Muslim di Jerman hanya menginginkan itu. Yang dipertaruhkan adalah keadilan serta pragmatisme: lebih baik untuk negara – pendidikan agama secara formal dalam bahasa Jerman, daripada kelas-kelas agama tanpa pengawasan.  “Kita harus melarikan diri dari pemikiran bahwa Islam adalah agama untuk orang asing,” katanya.

Tanpa perlu menunggu lama, palu diketuk dan pendidikan Islam disetujui untuk diberikan di sekolah-sekolah umum di seluruh Jerman.

Sekolah-sekolah banyak mendapatkan hal positif dengan pendidikan ini. Hans-Jakob Herpers, kepala Sekolah Gluecklauf, menyatakan, guru agama Islam tak sekadar mengajarkan agama Islam saja. “Dia telah menjadi semacam penasihat kehidupan bagi para siswa, terutama untuk anak perempuan, yang mungkin tidak berani mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu pada orang tua atau di sekolah-sekolah agama,” ujarnya.
Herpers mengaku, semua agama mengajarkan kebaikan. Satu lagi yang terpenting, pada siswa Muslim mereka telah mendapatkan identitasnya: bahwa mereka adalah bagian dari bangsa Jerman, yang hak-haknya dihargai seperti yang lain./

republika

Ibnu Miskawaih, Mendorong Pendidikan Sejak Dini Januari 23, 2010

Posted by Qolam_v in Internasional, IPTEK, Pendidikan, Profil.
add a comment

Pendidikan sejak dini bagi seorang anak akan membuat mereka kelak menjadi manusia yang baik.

Pendidikan bukanlah ranah asing bagi Ibnu Miskawaih. Ia telah lama bergelut di bidang tersebut walaupun lebih dikenal sebagai filsuf dan lekat dengan bidang etika. Maka, berserak pula uraian konsep-konsepnya tentang pendidikan.

Dalam salah satu karyanya, Tahdhib al-Akhlaq , cendekiawan Muslim asal Ray, Persia, ini menyatakan, pendidikan menunjukkan tugas dan kewajiban yang harus dilakukan orang dewasa, terutama orang tua kepada anak-anaknya.

Menurut Miskawaih, orang tua wajib memberikan pendidikan kepada anak-anaknya, yang berisi pengetahuan, moralitas, adat istiadat, dan perilaku yang baik. Langkah ini untuk mempersiapkan mereka agar menjadi manusia yang baik.

Kelak, bila anak-anak itu menjelma menjadi manusia dewasa yang baik, akan memberikan manfaat bagi masyarakatnya. Mereka pun akan diterima secara baik oleh masyarakatnya. Miskawaih menambahkan, pendidikan memang bertujuan menyempurnakan karakter manusia.
Dalam pandangan Miskawaih, layaknya kebaikan yang bisa ditularkan melalui pendidikan, demikian pula dengan kejahatan. Maka, ia mengingatkan orang tua untuk secara berulang, mengingatkan dan mendidik anak-anak mereka tentang kebaikan dan kesalehan.

Selain memberikan pendidikan mengenai kebaikan, Miskawaih menekankan pula agar sejak dini orang tua mengarahkan buah hatinya berada dalam lingkungan yang baik. Orang tua harus membiasakan anak-anaknya bergaul dan berteman dengan orang-orang berperilaku baik.

Miskawaih memberikan alasan mengapa ia menekankan pentingnya lingkungan yang baik. Menurut dia, tak semua orang dapat dengan cepat menerima kebaikan yang diajarkan kepadanya. Lingkungan yang baik akan mencegah mereka yang lamban, bisa terhindar dari kejahatan.

Mereka yang lamban, harus terus-menerus mendapatkan pendidikan tentang kebaikan. Miskawaih menyatakan pula, setiap orang dapat berubah asalkan mendapatkan pendidikan secara terus-menerus tentang kebaikan.

Tak heran jika Miskawaih kemudian menyimpulkan, hal-hal yang telah terbiasa dilakukan oleh anak-anak sejak kecil, akan memengaruhinya ketika menjadi orang dewasa. Dengan demikian, anak laki-laki ataupun perempuan harus sejak dini dididik tentang kebaikan.

Pemikiran Miskawaih itu tersurat dalam bagian kedua bukunya yang berjudul,  Tahdhib al-Akhlaq . Miskawaih mengatakan, pendidikan sejak dini terhadap anak-anak memiliki arti penting. Selain menanamkan kebaikan sejak dini, juga bisa sebagai sarana pembentuk karakter.

Menurut Miskawaih, tidak mudah bagi seseorang yang telah dewasa untuk mengubah karakternya. Kecuali, dalam kondisi tertentu. Misalnya, orang tersebut sadar dan menyesal atas perilaku dan moralnya yang buruk selama ini.

Lalu, orang tersebut bertekad untuk memperbaiki diri dan meninggalkan perilakunya yang buruk itu. Miskawaih mengatakan, orang semacam ini, yang memiliki kesadaran dari lubuk hatinya untuk melakukan perubahan diri, biasanya akan terus menjauhkan diri dari kejahatan moral.

Bahkan, jelas Miskawaih, orang itu biasanya akan secara sadar meminta orang lain membimbingnya ke jalan yang benar. Pun, meminta orang lain untuk selalu mengingatkannya saat ia berkecenderungan melakukan hal yang tidak baik.

Di sisi lain, Miskawaih mengungkapkan, adanya seseorang yang berusaha  memperbaiki karakternya, memurnikan jiwanya yang kotor, dan membebaskan dirinya dari kebiasaan jahat, karena pada dasarnya semua orang itu baik.

Miskawaih menegaskan pula, mereka akan tetap menjadi baik karena adanya hukum dan pendidikan. Juga, ada pelatihan dan pembiasaan terhadap mereka sejak kanak-kanak, agar mereka selalu menjalankan kebaikan sesuai fitrahnya.

Bila hal ini diabaikan, ungkap Miskawaih, mereka akan jatuh dalam perangkap keburukan. Dan, tentunya hubungan spiritual dengan Allah SWT akan mengalami gangguan akibat perilaku yang buruk itu. Jadi, pendidikan menjadi hal yang sangat berperan penting.

Karakteristik buruk
Dalam pandangan Miskawaih, ada empat karakteristik buruk yang harus dihilangkan sejak anak-anak supaya mereka tidak menderita ketika dewasa. Pertama, malas, menganggur, menyiakan hidup tanpa kerja apa pun. Intinya, manusia tanpa manfaat.

Kedua, kebodohan dan ketidaktahuan yang disebabkan oleh kegagalan untuk mempelajari dan melatih diri dengan ajaran-ajaran yang diucapkan oleh orang-orang bijak. Ketiga, bersikap kurang ajar dan tak tahu sopan santun.

Hal itu terjadi karena seseorang mengejar keinginan yang tak terkendali dan berusaha melakukan perbuatan dosa dan jahat. Sedangkan keempat, adalah rasa asyik dan keadaan terbiasa dengan perbuatan buruk karena seringnya melakukan perbuatan tersebut.

Miskawaih mengatakan, untuk menghilangkan setiap karakteristik buruk di atas, dibutuhkan pendidikan ataupun pelatihan yang dilakukan secara terus-menerus. Hanya orang cerdas, kata dia, yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri dari karakter buruk tersebut.

Sekali lagi, Miskawaih menegaskan, persoalan itu bisa diatasi melalui pendidikan dan pelatihan. Keduanya bisa dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Ia menyatakan, pendidikan bisa menjadi sarana untuk mewujudkan hal-hal yang baik itu.

Miskawaih mengatakan, pendidikan ini selain berguna bagi anak-anak, juga bermanfaat bagi orang tua. Sebab, saat memberikan pengajaran dan contoh kepada anak-anaknya, mereka akan terus ingat untuk selalu menjalankan perbuatan yang baik.

Pada akhirnya, pendidikan ini akan mengarahkan anak-anak saat menjadi dewasa, untuk menjalankan kebaikan dan menghindari perbuatan jahat dengan mudah. Pun, tentunya mudah mengikuti semua ajaran yang ada di dalam Alquran dan sunah.

Mereka, jelas Miskawaih, juga akan menjadi terbiasa menjaga diri dari godaan kesenangan yang menjerumuskan kepada keburukan. Tak hanya itu, mereka juga akhirnya tak terbiasa memanjakan dirinya dalam kesenangan yang melalaikan.

Pada akhirnya, mereka lebih menginginkan untuk memiliki kemampuan yang tinggi dalam filsafat, dan mencari kedekatan diri dengan Allah. Lalu, jelas Miskawaih, mereka akan menuai persahabatan yang hangat dari orang-orang yang saleh.

Miskawaih dan Metode Pendidikan
Ibnu Miskawaih juga mengenalkan sejumlah langkah yang akan melahirkan aspek positif dalam mendidik. Ia, misalnya, memandang penting pemberian pujian. Pujian, kata dia, bisa dilakukan oleh orang tua atau pendidik ketika anak-anak melakukan hal-hal baik.

Menurut Miskawaih, patut pula memberikan pujian kepada orang dewasa yang melakukan perbuatan baik di hadapan anak-anak. Tujuannya, anak-anak bisa mencontoh sikap terpuji yang dilakukan oleh orang dewasa tersebut.

Miskawaih mengingatkan, pujian harus dilakukan untuk menekankan pentingnya tindakan-tindakan yang baik dan harus diberikan untuk tindakan yang baik-baik saja. Selain pujian, ia juga memberi saran untuk mendorong anak menyukai makanan, minuman, dan pakaian yang baik.

Namun, perlu diingatkan pula agar seorang anak atau siapa pun yang telah dewasa untuk tak makan, minum, dan berpakaian secara berlebihan. Dalam aturan makan, anak harus diberi tahu bahwa makan itu suatu keharusan dan penting bagi kesehatan tubuh.

Makan, jelas Miskawaih, bukan sebagai alat kesenangan indra. Perlu diketahui pula bahwa makanan merupakan obat bagi tubuh, yakni obat untuk rasa lapar dan mencegah timbulnya penyakit. Orang tua atau pendidik harus mengingatkan anak didiknya agar tak makan berlebihan.

Dalam cara berpakaian, Miskawaih menyatakan, saat anak telah beranjak dewasa, khususnya laki-laki, sebaiknya mereka mengenakan pakaian putih-putih dan menghindari pakaian berpola. Sebab, menurut dia, pakaian berwarna dan berpola lebih layak untuk perempuan.

Selain itu, Miskawaih mendorong laki-laki untuk tak menghiasai dirinya dengan perhiasan perempuan, seperti memakai cincin dan mempunyai rambut panjang. Mereka tidak boleh mengenakan emas dan perak dalam bentuk apa pun.

Anak-anak, jelas Miskawaih, pun harus dilatih untuk mengagumi sifat-sifat murah hati. Misalnya, berbagi makanan. Selain pujian, anak juga perlu mendapatkan peringatan bila melakukan hal tak baik. Jika anak berbuat buruk, perbuatan itu juga perlu dikecam.

Langkah ini bertujuan agar si anak tak lagi melakukan hal buruk. Jika kecaman tak membuat si anak menghentikan perbuatan buruknya, Miskawaih menyarankan tindakan terakhir, yaitu hukuman fisik. Namun, hukuman ini tak dilakukan secara berlebihan./

republika

Kiat Sukses Hadapi UAN Januari 21, 2010

Posted by Qolam_v in IPTEK, Nasional, Pendidikan.
add a comment

Kisi-Kisi UN
Setelah belajar berbulan-bulan, emang rasanya udah banyak banget materi pelajaran yang nyangkut di otak kita. Tapi rasanya nggak klop kalo kita nggak latihan atau pemanasan dulu. Nah, untuk itulah, menjelang UN, sebaiknya kamu-kamu banyak berlatih soal, baik ikut try out atau latihan mengisi soal prediksi UN 2008.
“Dengan latihan soal, siswa jadi terlatih untuk menghadapi UN,” ujar dra Haryati, kepala SMAN 9 Pekanbaru. Ibu guru yang ramah ini bilang, sekolahnya sudah melakukan banyak persiapan menjelang hari besar itu. Di antaranya menjalankan program belajar tambahan. Untuk pelajaran tambahan ini, sekolah juga bekerjasama dengan lembaga bimbingan belajar.
“Kami juga mencari informasi soal prediksi UN 2008,” tambahnya.
Yang tak kalah sibuk yakni SMKN 3 Pekanbaru. Sudah sejak lama sekolah kejuruan ini berancang-ancang membekali siswanya menghadapi UN. “Kami mengadakan belajar tambahan, mengadakan try out dan memberikan masukan kepada siswa agar tetap menjaga fisik dan mental menjelang UN,” ungkap Bu Linda, salah satu guru jurusan perhotelan SMKN 3 Pekanbaru.
Bu Linda bilang, kalo siswa banyak melakukan try out, pas ujian nanti biasanya jadi lebih tenang dan menguasai diri. “Try out juga sangat saya sarankan. Karena try out membuat siswa terlatih dan nanti pas ujian jadi percaya diri,” katanya.
Begitu juga dengan SMKN 1 Pekanbaru. Kepala SMKN 1, Drs Muhammad Amien mengungkapkan, sekolahnya sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri menghadapi UN. Selain itu, sekolah itu juga melakukan terobosan unik. Yakni merekrut siswa untuk membantu teman yang kurang mampu.
“Kami juga memotivasi agar jangan sampai siswa menganggap UN itu sesuatu yang menakutkan. Motivasi itu penting. Karena kalau siswa merasa yakin dan percaya diri, maka biasanya hasilnya pun jadi baik,” katanya.
Jangan Tergoda
Bocoran Soal
Biasanya, menjelang musim ujian, banyak bisik-bisik yang muncul. Yup, apalagi kalo bisikan soal bocoran soal. Pengalaman tahun-tahun lalu, banyak pihak yang menawarkan bocoran soal dengan harga yag lumayan tinggi bagi anak SMA. Dan meski lumayan mahal, banyak juga kok yang membeli.
Nah, kali ini, Bu Haryati angkat bicara soal bocoran soal ini. “Dari dulu saya sudah mengingatkan kepada siswa, jangan mudah percaya dengan kunci jawaban yang beredar. Karena, hal ini akan membuat siswa menjadi tak percaya diri. Sehingga, sewaktu ujian, ia akan merasa dilema, apakah kunci itu benar atau salah. Jadi, saya ingatkan tetap percaya diri dengan kemampuan diri dan jangan mudah percaya dengan orang lain. Karena hal ini akan membuat siswa itu gagal” tegas Haryati begitu tegasnya.
Begitu juga Pak Muhammad Amin. Bahkan bapak guru yang bersahabat ini bilang, banyak kejadian selama pelaksanaan UN yang bermula dari telepon seluler. Maksudnya, kunci jawaban sering melayang lewat SMS.
“Saya menghimbau kepada siswa, jangan terpengaruh dengan SMS-SMS tidak jelas ini. Biasanya jawaban lewat SMS ini berantai, dan tidak diketahui asal-usulnya. Jangan dipercayai,” ujarnya.
Bahkan, Pak Muhammad Amin mengungkapkan, selama UN nanti, siswa dilarang membawa ponsel. “Jika siswa membandel, mereka harus menerima resiko dari pengawas UN,” ungkap Muhammad Amin.
Harus Enjoy
Dra Haryati memiliki segudang tips agar tetap nyaman dan aman manghadapi UN. Ia mengungkapkan hal yang utama adalah yakin akan kemampuan diri akan membuat kita nyaman untuk menjawab soal. Kemudian, menjawab soal harus enjoy dan dinikmati. Jangan cemas dan tegang dalam menjawab soal, karena jika hal itu terjadi, maka soal UN takkan terselesaikan.
“Pokoknya percaya diri saja. Kalau kita yakin bisa, mengapa harus menunggu jawaban orang lain, toh itu belum tentu benar,” katanya sambil menambahkan, siswa pun jangan lupa berdoa sebelum ujian besok.
Ada lagi tips dari Pak Muhammad Amin. Dia menambahkan, menyelesaikan soal sebaiknya yang mudah terlebih dahulu. “Selesaikan soal yang mudah dulu, baru ke tingkat yang lebih sulit. Ini untuk menjaga ketepatan waktu,” katanya. Selain itu, dia juga wanti-wanti agar siswa jangan lupa sarapan sebelum ujian.
“Jangan lupa sarapan. Karena tahun lalu, sering kejadian banyak siswa yang pingsan gara-gara belum sarapan. Jika perlu bawa bekal sebelum UN itu,” harap Muhammad Amin. (Shahidz_WMD)

Sumber: xpresi-riaupos.blogspot.com

UAN 2010 Januari 21, 2010

Posted by Qolam_v in IPTEK, Nasional, Pendidikan.
add a comment

Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2009-2010 akan dilaksanakan dua kali. Sementara itu, UN paket C kejuruan pada tahun depan akan tetap dilaksanakan.

Pelaksanaan UN tahun pelajaran 2009-2010 tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Nomor 75/2009 tentang UN SMP/MTs./SMPLB, SMA/ MA/SMALB, dan SMK tahun pelajaran 2009/2010 yang ditandatangani oleh Mendiknas sebelumnya, Bambang Sudibyo.

Jenis dan waktu pelaksanaan UN, diatur dalam pasal lima dan enam. UN pertama disebut UN utama yang akan dilaksanakan pada minggu ketiga Maret 2010 (untuk SMA/MA/ SMALB/SMK) dan minggu keempat Maret 2010 (SMP/ MTs./SMPLB).

UN kedua disebut UN ulangan yang akan dilaksanakan pada minggu kedua Mei 2010 (SMA/MA/SMALB/SMK) dan minggu ketiga Mei 2010 (SMP/MTs./SMPLB). Sementara itu, UN susulan yang selama ini diadakan untuk siswa yang berhalangan mengikuti UN, dilaksanakan satu minggu setelah UN utama.

Sekretaris Badan Standar Nasional Pendidikan Edi Tri Baskoro menuturkan, penyelenggaraan UN hingga dua kali itu dilaksanakan berdasarkan atas masukan dari lapangan dan evaluasi UN sebelumnya.

“Pemerintah ingin memberikan kesempatan kedua untuk perbaikan. Karena bisa jadi siswa gagal pada UN karena sakit tetapi memaksakan diri. Ini juga untuk mengantisipasi agar siswayang tidak lulus tidak mengikuti jalur paket yang sebenarnya untuk siswa sekolah nonformal,” ujarnya dari Jakarta, Kamis (12/11).

Namun, dia menuturkan, UN paket tetap dibuka untuk mereka yang tidak lulus UN ulangan. Bahkan, menurut dia, UN paket C kejuruan akan tetap dilaksanakan pada tahun depan. Hal tersebut sekaligus mengklarifikasi kebingungan sejumlah pihak tentang keberlanjutan UNpaket C kejuruan. “Karena mulai tahun ini peserta reguler paket C kejuruan sudah mulai dibuka,” tuturnya.

Dari sisi anggaran, Edi menyatakan, dengan dua kali UN tidak menyebabkan tingginya kebutuhan dana. “Masih sama seperti tahun lalu, tetapi saya tidak hafal benar nominalnya. Jadi tahun sebelumnyayang tidak lulus kan mengikuti ujian paket, dana dari situlah yang dialihkan untuk UN ulangan,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Wachyudin Zarkasyi menuturkan, hal tersebut menjawab tuntutan masyarakat. “Selama ini masyarakat mengeluhkan sekolah bertahun-tahun, tetapi ditentukan hanya sesaat. Ini salah satu solusinya,” tuturnya menjelaskan.

Desak MA Ujian Susulan UN

Terkait hal tersebut, Sekretaris Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Iwan Hermawan mengatakan, FGII mendesak Mahkamah Agung (MA) segera memutuskan kasasi pemerintah tentang Ujian Nasional . Seperti diketahui, 58 guru dan masyarakat mengajukan gugatan citizen lawsuit ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat tentang pelaksaanaan UNyang merugikan masyarakat.

Berdasarkan atas putusan PN tersebut pada sidang putusan 21 Mei 2007, pemerintah dianggap telah lalai dalam pemenuhan dan perlindungan terhadap HAM warga negara korban UN. Selanjutnya pemerintah banding ke Pengadilan Tinggi (PT) Jakarta Pusat tetapi pada 6 Desember 2007 PT memutuskan memperkuat hasil keputusan PN Jakarta Pusat. Akhirnya pemerintah mengajukan kasasi ke MA. Namun, sampai sekarang MA belum memutuskan hasil kasasi tersebut.

Sumber: lintasberitas.blogspot.com

Survey YouGov : 40 % Mahasiswa Muslim Inggris Mendukung Syariah dan 33 % Mendukung Khilafah Januari 10, 2010

Posted by Qolam_v in Do You Know?, Internasional, Pendidikan.
add a comment

HTI-Press. Dalam sebuah hasil survey yang dilakukan YouGov terungkap hasil yang cukup mengejutkan dua perlima (40 %) dari mahasiswa Muslim yang disurvei mendukung diterapkannya Syariah menjadi undang-undang bagi Muslim Inggris. Sementara itu sepertiga (33%) dari mahasiswa Muslim yang disurvei mendukung diterapkannya kekhalifahan di seluruh dunia yang didasarkan pada hukum Syari’ah. Mayoritas (58%) dari anggota aktif Masyarakat Islam kampus mendukung ide ini.

Hasil ini disampaikan Jhon Thorne dan Hannah Stuart dari oleh Pusat Kohesi Sosial di Inggris dalam laporannya yang berjudul Islam di Kampus : Sebuah Survey Jajak Pendapat Mahasiswa di Inggris. Islam di Kampus adalah survei yang paling komprehensif yang pernah dilakukan atas pendapat para mahasiswa Muslim di Inggris, berdasarkan polling yang tugaskan khusus untuk itu yakni YouGov atas 1400 mahasiswa, di lapangan maupun lewat wawancara.

Laporan ini meneliti sikap para mahasiswa mengenai isu-isu kunci termasuk toleransi beragama, kesetaraan gender dan integrasi. Sementara mayoritas mahasiswa Muslim ‘mendukung sekularisme dan nilai-nilai demokrasi, mereka toleran terhadap kelompok-kelompok lain dan menolak kekerasan atas nama agama, Islam di Kampus juga mengungkap temuan-temuan yang signifikan. Kecendrungan mahasiswa muslim Inggris untuk mendukung syariah dan Khilafah memang meningkat meskipun belum menjadi suara mayoritas.

Adapun ketika ditanya tentang isu perang Irak, dua pertiga dari mahasiswa Muslim yang disurvei (66%) mengatakan mereka telah kehilangan rasa hormat terhadap pemerintah Inggris karena invasinya ke Irak. Secara terpisah, 20% juga mengatakan bahwa rasa hormat mereka terhadap masyarakat Inggris secara keseluruhan telah berkurang.
Namun, hampir sepertiga (30%) dari mahasiswa Muslim yang disurvei mengatakan mereka menghormati masyarakat Inggris telah meningkat didasarkan pada reaksi publik (umumnya negatif) terhadap perang Irak.

57% dari mahasiswa Muslim yang disurvei mengatakan bahwa prajurit Muslim Inggris harus dibiarkan untuk memilih keluar untuk mengambil bagian dalam operasi militer di negara-negara Muslim, dibandingkan dengan sebagian besar (71%) dari responden non-Muslim yang mengatakan mereka seharusnya tidak keluar.

Peran Hizbut Tahrir

Selama ini gerakan Islam di kampus Inggris yang sangat gencar menyerukan syariah dan Khilafah adalah Hizbut Tahrir. Kelompok liberal telah menggunakan berbagai cara untuk mencegah berkembanganya Hizbut Tahrir di kampus-kampus Inggris. Namun tampaknya upaya itu tidak berhasil. Meskipun belum menjadi suara mayoritas, dukungan mahasiswa Inggris terhadap syariah dan Khilafah semakin meningkat.

Banyak diantara mahasiswa muslim yang tadinya berpikir sekuler kemudian berubah setelah berinteraksi dengan aktivis Hizbut Tahrir di kampus-kampus. Salah satunya adalah pengalaman Dr Nazreen Nawas . Muslimah yang sekarang menjadi Perwakilan Media Muslimah HT Inggris ini belajar kedokteran di Kings College London dan lulus tahun 1997, juga mendapat gelar BSc di bidang Biomedical Science.

Walaupun lahir dari keluarga Muslim, gaya hidup dan pemikiran Nazreen sebelum mengenal Hizbut Tahrir sangat terbentuk oleh nilai-nilai dan ide-ide Barat.” Saya melihat Islam hanya sebagai suatu keyakinan agama yang tidak memiliki kaitan dengan politik atau aturan yang mengatur suatu masyarakat. Pengetahuan saya tentang Islam hanya terbatas pada beberapa ibadah ritual seperti shalat, puasa, haji dan zakat”, ujarnya.

Namun pandangannya berangsur berubah setelah berinteraksi dengan Muslimah HT. Dia mengakui pertama kali mengenal HT saat masuk kuliah di universitas ketika menghadiri pengajian-pengajian dan diskusi-diskusi yang diadakannya. Melalui diskusi dengan para anggotannya, dia kemudian menjadi yakin secara rasional melalui bukti-bukti yang diberikan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan cara hidup untuk seluruh umat manusia.

Mulailah tergambar dalam benaknya bahwa ketika Islam dijadikan sebagai sebuah sistem pemerintahan dan hukum dalam sebuah negara, maka negara itu dapat menjadi negara yang memimpin dengan kuat secara ekonomi maupun moral, mengangkat dan menciptakan suatu masyarakat yang maju di bidang teknologi dan sains, di samping menjadi negara yang aman, tentram dan menjunjung kehormatan umat manusia.

“Dari penelitian yang saya lakukan, HT lah satu-satunya kelompok yang dapat mempertanggung jawabkan setiap pernyataanya, mengadopsi segala pemikiran dan tindakannya dengan mengambil dalil-dalil Islam, memiliki kejelasan dalam tujuannya, dalam setiap langkah perjuangannya, dan visi sebuah negara yang akan dibangunnya, termasuk dibuatnya sebuah draft konstitusi,” tegasnya.(RZ/FW)

Sumber: hizbut-tahrir.or.id

Mahasiswa Unisba Juara Hapalan Al-Quran Se-Asia Tenggara Januari 10, 2010

Posted by Qolam_v in Internasional, IPTEK, Nasional, Pendidikan.
add a comment

Di tingkat nasional ia hanya bisa meraih juara ketiga. Tapi di tingkat Asia Tenggara,  justru meraih juara pertama

Hidayatullah.com–Eko Prasetyo Murdi Utomo (23), mahasiswa Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba), meraih juara pertama Musabaqoh Hidzil (hapalan) Al-Quran dan Hadist tingkat Asia Tenggara.

Kegiatan digelar oleh Departemen Agama RI bekerjasama dengan Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia di Masjid At-Tauhid Arief Rahman Hakim Universitas Indonesia, Jl Salemba Raya, Jakarta, 26 – 28 Desember 2009 lalu.

Pada final Musabaqoh Hafalan Al-Qur’an dan Hadist Tahunan “Amir Sulthan Bin Abdul Aziz Alu Suud Tingkat ASEAN” ketiga kalinya ini, pemuda asal Pontianak tersebut mengalahkan 13 peserta dari berbagai Negara, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, serta Filipina.

“Alhamdulillah, sekalipun di tingkat nasional saya hanya meraih juara ketiga, tapi di tingkat Asia Tenggara, saya justru meraih juara pertama,” kata Eko, yang mengaku baru bisa membaca Al-Quran saat SMA ini.

Atas kemenangan itu Eko berhak membawa pulang hadiah 10 ribu real dan naik haji gratis pada musim haji tahun 2010. Alumnus Pontren Modern Gontor yang hapal luar kepala 2.500 hadist ini mengaku tak menyangka bisa menjadi juara pertama.

Eko adalah mahasiswa Fakultas Syariah Program Studi Keuangan dan Perbankan angkatan 2006. Dalam ajang ini Eko berhasil menyisihkan peserta dari Thailand, Laos, Myanmar, Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia. 

Pemuda yang berencana melanjutkan studi S2 ke Madinah, Saudi Arabia ini,  mengaku menghapal hadits tidak terjadi secara instan. Berkat ketekunan dan tuntunan para guru ketika masih duduk di bangku SMA, dia berhasil menghapal banyak hadits. Jumlahnya mencapai 2.500 hadits. Kebetulan ketika SMA, Eko juga berdiam di Pesantren Modern Gontor Jawa Timur.

Kebiasaan menghapal hadits pun terbawa ke bangku kuliah, meski saat berkuliah bukan menambah hapalan, melainkan hanya mempertajam hapalan semula. Sementara sejak semester tiga, dia mulai menghapal Al-Quran. Usahanya berhasil, dan dalam waktu dua tahun 30 juz Alqur’an sudah dikuasainya.

“Alhamdulillah (sudah bisa menghapal Alqur’an). Caranya ya belajar sendiri saja, dengan cara mengulang-ulang,” kata dia sedikit membeberkan rahasia metode menghapalnya.

Dia biasa meluangkan waktu lima jam dalam sehari untuk hapalan. Namun ketika akan ikut musabaqoh pada 27-29 Desember kemarin, waktu yang diluangkan untuk menghapal selama delapan sampai sepuluh jam dalam sehari.

“Saya pelajari sendiri tata cara musabaqoh dari buku pemberian senior yang tahun lalu ikutan. Kebetulan metode dan kurikulum yang dipakai musabaqoh belum ada di pesantren dan ini masih baru,” kata pemuda yang kini tinggal di Ciparay, Kabupaten Bandung ini. [ekm/www.hidayatullah.com]

Pornografi dan Kekerasan Naruto: Favorit Bagi Anak-Anak Desember 29, 2009

Posted by Qolam_v in Film, IPTEK, Pendidikan.
add a comment

Sekarang, ini anak-anak mana yang tak mengenal Naruto? Tokoh komik dan film animasi ini (bahasa Jepangnya manga dan anime) sangat populer di kalangan anak-anak. Mereka menggandrunginya, seperti halnya Shinchan beberapa waktu lalu.

Namun sama seperti Shincan—dan notabene film dan novel asal Jepang lainnya, Naruto mengandung banyak sekali muatan pornografi dan kekerasan.

Jika situasi adegan menjadi benar-benar panas, para karakter di seri Naruto tidak jarang mengatakan “Damn!” (sialan, brengsek) dan “Bastard” (bajingan). Kedua kata ini memiliki makna yang kasar dalam bahasa Inggris.

Kekerasan mungkin yang paling kuat tentang Naruto. Menimbang bahwa Naruto adalah sesuatu yang diperuntukkan bagi anak-anak, jumlah kekerasannya sangat mengejutkan. Walau memang seri Naruto bercerita tentang Ninja, sehingga ada penggunaan seni bela diri kiri dan kanan, namun tingkat kekerasannya sangat melimpah. Ada banyak perkelahian dengan senjata tajam, dan banyak darah. Perkelahian itu bahkan menakutkan, dan cukup intens. Jelas bukan sesuatu yang sehat untuk anak-anak.

Sedangkan adegan-adegan porno Naruto misalnya, dalam film kartun tersebut ada adegan Naruto sedang minum minuman keras, dikelilingi lima perempuan setengah telanjang. Lalu, Naruto yang sedang mabuk berkata; “Serasa di surga.” Kartun Naruto juga memuat adegan berciuman dan adegan ranjang. Dalam Naruto juga ada adegan ia tengah mandi dengan seorang perempuan seksi dengan hanya mengenakan baju mandi yang sangat mengundang.Yang memprihatinkan, komik Naruto menempati urutan teratas yang dikonsumsi anak-anak.

Jadi, hati-hati jika membiarkan anak Anda menonton atau membaca Naruto. Lebih baik, pikirkan seribu kali sebelum mengizinkan mereka mengonsumsinya. (sa/berbagaisumber)

Sumber: eramuslim